06 Juni 2010

Perjalanan Panjang ke Ciapus, Desa Sukajadi Gadog Sisi

5 Juni 2010

Hari ini aku dan Mona berkunjung ke rumah Pak Dadi, letaknya di Desa Sukajadi, Gadog Sisi. Di depan rumah kami naik 08A, berputar mengelilingi Warung Jambu, mengitari perumahan Indraprasta dan berakhir di Pasar Bogor, sebrang BTM (Bogor Trade Mall).

Di dekat BTM kami turun dari angkot 08A, mampir di toko kelontong untuk membeli oleh-oleh buat keluarga Pak Dadi. Sekedar gula, kopi, susu kental manis, roti dan biskuit, untuk acara ngopi atau cemilan di sore hari.

Setiap kali Pak Dadi datang ke rumah kami, beliau selalu membawa hasil kebun. Jenisnya berbagai macam entah itu singkong, nanas, pisang…singkat kata Pak Dadi belum pernah datang dengan tangan kosong.


Setelah selesai semua belanjaan kami bungkus dengan kantong plastik hitam. Tak lupa kami juga membeli air minum buat bekal diperjalanan demi menghalau rasa haus.

Angkot 03 yang kami naiki perlahan menelusuri jalur Jl. Empang lalu berbelok ke kiri arah Jl. Raya Ciapus. 30 menit kemudian kami sampai di Curug Nangka. 100 meter dari Curug Nangka ada plang yang bertuliskan Ciapus, Desa Sukajadi, artinya perjalanan kami sudah hampir sampai.


Selang 20 menit kami sampai di depan rumah berpagar hitam, di sebelah kirinya ada tembok tulisannya SLANK dan coretan-coretan dari piloks lainnya. Kami turun di sana, turun tangga dan belok kanan, Randi (anak kedua Pak Dadi) melambaikan tangan menyambut kedatangan kami.

Ketika kami sampai di rumah Pak Dadi, Randy bilang : ‘Bapak sedang ke kebun, ibu lagi ke sawah. ‘ Nggak apa-apa kita nunggu di sini aja Rand, jawab Mona. Iim (Nur Rohim) cucu Pak Dadi, saat itu sedang main di teras rumah, dalam gendongan kain ibunya. Umurnya baru 8 bulan, lagi lucu-lucunya.

Randy ini tolong simpan ke dapur ya, ujar Mona sambil menyerahkan oleh-oleh dari toko kelontong tadi. Makasih bu, jawab Randy. Tak berapa lama kami disuguhi tiwus (penganan dari singkong parut yang dicampur dengan ketan) dan air putih yang sejuk. Wuih tiwusnya enak banget...setelah beberapa menit ngobrol, kami memutuskan jalan-jalan ke kebun ditemani oleh Randy.

Kacang panjang di kebun umurnya sudah 30 hari, tanaman ini sudah mulai merambat ke bambu yang ditancapkan. Setelah selesai meninjau kebun, kami bertiga berjalan kaki keliling kebun, mengitari kebun jagung, pesantren, kebun buncis, sawah.

Di sawah yang membentang sepanjang mata memandang, masih terdengar orkestra kodok. Merdu melebihi dering suara knalpot kendaraan bermotor yang bikin polusi udara juga polusi suara. Kami pulang tepat jam 12 setelah puas berjalan kaki mengelilingi area perkebunan yang sangat asri.

Sampai di rumah Pak Dadi, tibalah saatnya makan siang. Tiga bungkus nasi rames yang kami bawa dari rumah kami bagi. Kami bersantap bersama keluarga Pak Dadi, seharusnya kami membawa nasi lebih banyak lagi. Sebab makan di rumah Pak Dadi rasanya lebih lezat daripada makan di restoran mewah, suasananya itu yang mengasyikkan, atau karena keramahan, dan keikhlaan mereka yang mempesona, sehingga makanan yang kami santap selalu lebih nikmat.

Setelah makan kami dihadiahi singkong, banyak sekali. Ransel yang dibawa Mona sampai penuh. Insya Allah tanggal 19 Juni (kami akan kembali ke sana). Selalu ada cerita yang mengasyikkan setelah berkunjung dari rumah Pak Dadi.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar