10 Oktober 2017

Belajar Hidup Lurus dari Pacu Jawi


Dua ekor jawi siap berpacu di sawah yang baru dipanen
Padang adalah surganya makanan, di sana ada dua jenis makanan, pertama enak banget, kedua enak. Jika kamu secara acak dan sembarangan masuk dan makan di restoran atau warung kecil pinggir jalan di Padang, rasanya pasti selalu enak. Ada banyak tempat wisata terkenal di Padang, seperti : Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Kembar, Pantai Carocok Painan, Puncak Mandeh, Ngarai Sianok, Padang Ranah Nagari Sijunjung, Desa Pandai Sikek, dan Desa Pariangan dan banyak objek keren lainnya lagi. Namun kali ini saya ingin bercerita tentang budaya unik di ranah Minang yang harus kamu lihat, yaitu pacu jawi. 

Pacu berarti balapan, adu cepat, sedangkan jawi adalah sapi di Sumatra Barat. Pacu jawi merupakan mainan tradisional anak nagari (anak desa), pacu jawi diadakan setelah musim panen padi usai. Pacu jawi, lahir dan berkembang di Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Empat kecamatan  peserta pacu jawi, yaitu: Kecamatan Pariangan (desa terindah di dunia versi majalah Budjet Travel, 2012), Kecamatan Rambatan, Kecamatan Limau Kaum, dan Kecamatan Sungai Tarab.  

Tiket lomba pacu jawi


Tiket masuk untuk menonton pacu jawi adalah Rp 50.000 per orang. Ini dibutuhkan untuk menutupi biaya sewa sawah petani sebesar 6 juta, dan biaya mengairi sawah dengan air untuk arena pacu jawi, dan biaya lainnya. Sungai dan sawah pun perlu diperbaiki setelah acara pacu jawi usai dilaksanakan. Pacu jawi merupakan hiburan yang sangat ditunggu-tunggu masyarakat setempat, dan juga turis asing dari manca negara. Mereka suka sekali dengan tradisi pacu jawi, melihat dua ekor sapi balapan dikendarai seorang joki, pada sebuah sawah yang baru saja dipanen, sangatlah menarik bagi turis manca negara. Fotografer dari berbagai negara dengan camera tele dan peralatan canggih seperti drone (pesawat tanpa awak) pun dapat kamu lihat bertebaran di sekitar arena pacu jawi.


Acara pacu jawi di Tanah Datar ini membuat tumbuh subur warung nasi, dan warung kopi daun, serta pedagang kaki lima dadakan, sehingga lokasi di sekitar pacu jawi menjadi pasar kaget. Setelah para penonton menyaksikan jawi-jawi terbaik berpacu, mereka dapat makan dan minum di warung tersebut.  Arena pacu jawi lokasinya di sawah milik petani yang baru selesai panen, dan arena pacu jawi tersebut tidak tetap atau selalu berpindah-pindah. Dalam satu masa pacu jawi peserta yang ikut bisa mencapai 400 ekor, satu joki mengendarai 2 ekor jawi dengan beralaskan tangkai bajak sebagai pelana, dan joki memegang buntut jawi sebagai kemudinya. 

Joki yang ikut lomba tidak memakai alas kaki, mereka berlari bersama dua ekor sapi di sawah yang penuh lumpur dengan air tergenang. Juri pacu jawi adalah penduduk setempat dan setiap penonton yang menyaksikan balapan jawi tersebut. Begitu penuturan dari panitia pacu jawi, Bapak Khairul  (0813-7434-1177). Kamu dapat menghubungi nomor telepon beliau jika tertarik untuk menyaksikan pacu jawi di Minangkabau.

Jawi dimandikan setelah selesai berpacu

Lomba pacu jawi dimulai pada pukul 13.00 – 16.00 WIB, kemudian dilanjutkan dengan acara makan bajamba, 16.00 – 17.00 WIB, jawi pemenang akan naik harganya dua kali lipat, harga normal jawi 25 juta, dan jawi pemenang lomba harganya bisa menjadi 50 juta. Selesai acara lomba jawi tersebut dimandikan dan jika jawi tersebut menang, tentunya akan menjadi kebanggan jokinya. Jawi terbaik adalah jawi yang berjalan dengan lurus, tidak melenceng dari jalur, dan  dan akan lebih bagus lagi, jika jawi tersebut, (menuntun  sapi temannya dan joki) berjalan lurus. Juri tidak menilai dari jawi yang larinya paling cepat, tubuhnya paling besar, dan kuat. Filosofi pacu jawi adalah jawi saja harus berjalan lurus, apalagi manusia, dan manusia yang berjalan lurus serta baik budi pekertinya, tentu akan jadi pemenang dalam hidup.  Yuk kita ke Tanah Datar untuk menonton pacu jawi sambil belajar filosofi hidup lurus seperti jawi yang berlari  lurus dalam kubangan lumpur di sawah yang baru dipanen. 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar