10 Oktober 2017

Perjuangan Ibu Desmi dalam Melestarikan Kain Songket

Ibu Desmi tinggal di Luhung Jorong, Tanjung Nagari Pandai Sikek, Padang Panjang, Sumatera Barat. Sudah 10 tahun Ibu Desmi dan ibu-ibu lainnya yang tinggal di Nagari Pandai Sikek, selain mengurus anak dan suami mereka menenun kain songket. Lihatlah uang lima ribu rupiah bangga menampilkan sosok seorang ibu yang sedang menenun kain songket, di Desa Pandai Sikek. 

Kain songket ini ditenun dari benang biasa yang dicampur dengan benang emas. Ibu Desmi butuh waktu satu bulan untuk membuat selembar kain songket nan rancak. Keterampilan menenun kain songket ini diperoleh Ibu Desmi secara turun-temurun, sejak kecil Ibu Desmi rajin membantu ibundanya dalam menenun kain songket. Sebagian besar orang  Dusun Pandai Sikek, kaum perempuannya mewarisi keterampilan menenun songket. Dahulu keterampilan ini juga diajarkan disekolah kepada anak-anak perempuan, tapi kini anak-anak kurang tertarik untuk menenun kain songket. 

Kain songket ini bentuknya tak sekedar kain tenun sebagai bahan baju, dari songket ini bisa juga dibuat sebagai hiasan dinding, sepatu, tas, dan lain sebagainya. Harga kain songket itu beragam tergantung jenis kainnya. Kain songket yang kasar harganya Rp 1,5 juta, sedangkan kain songket yang halus harganya Rp 2,5 juta, dan kain songket termahal namanya kain balapak, harganya bisa mencapai Rp 5 juta. Hal yang membedakan kain songket adalah jenis benangnya, ada benang tembaga dan benang emas yang membuat perbedaan harga kain songket. 

Toko souvenir, kata Ibu Desmi mendatangi langsung ke Desa Pandai Sikek untuk mendapatkan kain songket untuk dipamerkan dijual di toko-toko souvenir mereka. Kain songket ini selain dijual ke Padang, dan Bukittinggi, juga diekspor ke Malaysia. Selain kain tenun songket di Desa Pandai Sikek, kain tenun dan songket asal Payakumbuh tak kalah rancaknya. Kain tenun asal Payakumbuh ini pernah mengikuti ajang Jakarta Fashion Week (JFW) pada tahun 2015. Ketua Dewan Kerajinan Daerah Payakumbuh, Henny Riza Falepi mengakui kain tenun dan songket asal Balai Panjang, Kecamatan Payakumbuh Selatan itu banyak dilirik pengusaha nasional, dan internasional. 

Tenunan dan sogket ternyata tidak kalah bagus dengan bahan dan pabrikan lain, ujar Henny. Kain tenun dan songket asal Balai Panjang ini semkin terkenal sejak diberikan kepada Ibu Ani Yudoyono, saat Presiden RI ke 6 tersebut berkunjung ke Sumatera Barat, tahun 2012 yang lalu. Sejak saat itu, kain tenun dan songket banyak diminati kaum wanita dan pria ekskutif. 

Penghasilan dari menenun kain songket ini minimal Rp 3 juta, namun keterampilan kain songket ini sayangnya kurang diminati anak-anak muda. Orang tua mereka lebih senang jika anak-anak mereka belajar dan sekolah yang tinggi demi kehidupan yang lebih baik. Sesekali menenun kain songket jika ada waktu luang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar