Tampilkan postingan dengan label Sejarah yang Terlupa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah yang Terlupa. Tampilkan semua postingan

04 November 2009

Jalan Raya Pos (Groote Postweg)

Jalan Raya Pos dari Anyer menuju Panarukan yang dibangun Belanda adalah lambang kebiadaban penjajahan di masa pendudukan Belanda. Ribuan anak bangsa harus melakukan Kerja Rodi untuk merealisasikan jalan yang panjangnya 1000 kilometer ini.

Herman Willem Daendels mendarat di Anyer 5 Januari 1808. Sebagai bagian dari salah satu tugasnya mempertahankan Jawa dari serbuan Inggris, ia memerintahkan pelebaran jalan di utara pulau Jawa.

Ruas jalan Anyer Cilegon ruas pertama yang dilebarkan hingga 7 meter. Dari Cilegon membelok ke timur laut menuju alun-alun bekas Istana Sorosowan, Banten Lama. Banten Lama, Serang, Tangerang.

Daan Mogot, Pangeran Tubagus Angke, Gadjah Mada/Hayam Wuruk, Harmoni.

Weltrevreden (Gambir)
Waterlooplein (Lapangan Banteng)
Istana Weltervreden (RSPAD Gatot Subroto)
Asrama Tentara (Hotel Borobudur)
Koningsplein (taman raja, Lapangan Monas), dapat menampung 70.000 tentara berlatih.
Kantor baru di utara Lapangan Banteng (jadi Gedung Departemen Keuangan).
Gereja Katolik pertama di Jakarta (terbakar pada kebakaran besar tahun 1828).

Senen, Manggarai.
Meester Cornelis (Jatinegara) barak, gudang senjata, pusat pendidikan militer.
Pusat artileri (Penjara Wanita Bukit Duri)
Palmeriam.

Depok, Cibinong, Bogor (Jl Raya Pajajaran) melalui kawasan Warung Jambu, Baranangsiang, Tajur. Daendels tinggal di Istana Gubernur Jenderal (Istana Bogor) dan memperluasnya.
Megamendung, perkebunan the milik Riemsdijk. Jalur sulit. Di ruas Megamendung 500 pekerja tewas, tulis Nicolaus Engelhard (salah satu mantan Gubernur Jawa).

Cianjur, Padalarang, Bandung. Tidak melewati ibukota Bandung.
Daendels memerintahkan Adipati Wiranatakusumah (penguasa Bandung) agar memindahkan ibukota Bandung di Krapyak (10 tahun di selatan) ke Kilometer 0, di depan Gedung Bina Marga, Jl Asia Afrika.

Jl Asia Afrika, Jl Jenderal Sudirman, Jl Jen Ahmad Yani, melalui Gedung Sate terus ke arah Cileunyi, Jatinangor.
Ciherang, menjelang Sumedang.

Bupati Sumedang Pangeran Kusumadinata IX atau Pangeran Kornel, mengadakan perlawanan. Banyak penduduk Sumedang tewas saat memapas cadas Ciherang. Ia mendatangi Daendels, menyalaminya dengan tangan kiri sambil tangan kanan memegang keris, sebagai tanda protes. Ruas Ciherang kini disebut Cadas Pangeran.

Di bawah jalan lama pemerintah sudah membuat jalan yang lebih landai yang keduanya bertemu di Desa Singkup (dari kata scoop atau sekop). Katanya saat itu sekop pertama kali diperkenalkan oleh Belanda.


Pada ruas ini di jalan agak mendatar sebelum puncak bukit ada Kampung Pamucatan, (sunda : tempat untuk melepaskan), pos pergantian kuda dan pelepasan kerbau beban.


Awalnya Jalan Raya Pos berakhir di Karang Sembung, 10 kilometer selatan Cirebon.
Tanggal 5 Mei 1808 dalam perjalanan dari Bogor ke Semarang, Daendels memerintahkan para Bupati se Jawa meneruskan pembangunan Jalan Raya Pos tahap pertama Anyer Cirebon diteruskan sampai ke Jawa Timur

Cirebon Semarang.
Di Semarang melewati Lawang Sewu (Kantor Pusat Jawatan Kereta Api Belanda), dan Jl Bojong (Jl Pemuda).

Waktu tempuh Semarang Batavia yang semula dua minggu dipersingkat menjadi 4 hari.
Jalan raya yang terutama sering digunakan sebagai jalan pengiriman pos antar kota di Jawa, didukung 1000 kuda dan pos pergantian tiap 10 kilometer, menyebabkan jalan ini di sebut Jalan Raya Pos.

Semarang Gresik
Di Pati dan Demak memotong Alun-alun Kota di tengahnya (mengubah tata kota dan kosmologi Jawa), menyurutkan kekuatan kosmis istana raja-raja. Di pecinan klenteng dibangun langsung menghadap air, sungai atau laut sebagai simbol kehidupan. Jalan yang diperlebar sebagai bagian jalan utama melalui tepat di depan klenteng. Klenteng Kwan Sing Bio, Tuban menghadap Jalan Raya Pos dan Laut Jawa.

Surabaya
Melalui kawasan jembatan merah, Jl Veteran terus ke selatan.
Penjara Kalisosok.

Wonokromo, Sidoarjo, Porong, Bangil, Pasuruan, Probolinggo, Kreaksaan, Besuki, Pasir Putih, Panarukan.

Disarikan dari :

Warisan Daendels di Pesisir Jawa. Oleh IGG Maha Adi. National Gegraphic Indonesia, November 2006. hal 104-115